Minggu, 01 November 2009

Yahudi Yaman Dimukimkan di AS

Washington (ANTARA News/Reuters) - Sekitar 60 orang Yahudi Yaman telah pindah ke AS sejak Juli lewat operasi bawah tanah dari para pejabat Departemen Luar Negeri untuk menghindari serangan anti-Yahudi di tanah airnya, lapor Wall Street Journal, Sabtu.

Hanya 200 hingga 300 orang Yahudi masih tinggal diantara 23 juta warga muslim Yaman. Pembunuhan, aksi perlawanan Syiah di Yaman utara dan pertumbuhan semangat Islam Sunni telah menambah keinginan mereka untuk meninggalkan negara di Jazirah Arab itu.

"Operasi itu dilakukan menyusul satu tahun gangguan yang meningkat, dan direncanakan dengan kelompok bantuan Yahudi sementara Washington memberikan peringatan kepada Yaman," kata Wall Street Journal.

Para pejabat Deplu AS belum dapat dimintai komentar mengenai berita itu.

Wall Street Journal menyatakan kelompok pertama dari 17 orang tiba di New York, Amerika Serikat, pada 8 Juli, sehari setelah meninggalkan ibukota Yaman, Sana`a, dalam penerbangan ke Frankfurt.

"Secara keseluruhan, sekitar 60 orang Yahudi Yaman telah ditampung di AS sejak Juli; beberapa pejabat mengatakan 100 orang lagi mungkin akan datang. Sejumlah orang yang tak diungkapkan telah mencapai Israel," tambah koran itu.

Wall Street Journal mengutip Yair Yaish, pemimpin Federasi Yahudi Yaman Amerika, yang mengatakan ia telah diserang dengan "permintaan yang menyedihkan dari masyarakat di sini yang mengatakan kami harus melakukan sesuatu untuk mengeluarkan keluarga kami".

Duta besar AS di Sana`a mendesak menteri Yaman untuk mempermudah keberangkatan mereka, dan pemerintah akhirnya setuju untuk mengeluarkan surat izin ke luar, katanya.

"Itu pendapat kedutaan, dan departemen setuju, itu karena kerentanan mereka, kami harus mempertimbangkan mereka untuk dimukimkan kembali," surat kabar itu mengutip ucapan seorang jurubicara Biro Kependudukan, Pengungsi dan Migrasi Deplu.

Para pengungsi itu akan dimukimkan di Monsey, New York, wilayah kantung Yahudi ortodok di pinggiran kota.

Seorang pria melukiskan beberapa bulan terakhirnya di Yaman mengenai batu yang memecahkan jendela rumah dan mobilnya, kata surat kabar itu. Seorang lagi memiliki bekas luka karena batu menghantam kepalanya dan mengatakan ia tidak meninggalkan rumahnya selama dua bulan. (*)

0 komentar: