Minggu, 01 November 2009

Paragraf

PARAGRAF

A. PENGERTIAN

Paragraf merupakan bagian dari karangan (tulisan) atau bagian dari tuturan (kalau lisan). Sebuah paragraph ditandai oleh suatu kesatuan gagasan yang lebih tinggi atau lebih luas daripada kalimat. Oleh karena itu, paragraf umumnya terdiri dari sejumlah kalimat. Kalimat-kalimat saling bertalian untuk mengungkapkan sebuah gagasan tertentu. Dalam paragraf terdiri dari kalimat utama, kalimat penjelas, kalimat penegas, kalimat, klausa, prosa & penghubung.

B. SYARAT-SYARAT PENYUSUNAN PARAGRAF YANG BAIK

Paragraf yang baik adalah paragraf yang memiliki kepaduan antara unsur-unsurnya, baik diantara gagasan utama dengan gagasan penjelasnya ataupun antara kalimat-kalimatnya. Dalam paragraf yang baik tidak ada satupun gagasan penjelas ataupun kalimat yang menyimpang dari gagasan utamanya. Semuanya mendukung secara kompak pada satu fokus permasalahan. Adapun syarat paragraph yang baik yaitu:

1.Kepaduan paragraph

Untuk mencapai kepaduan paragraf yang harus dilakukan adalah merangkai kalimat sehingga bertalian secara logis dan padu yaitu dengan menggunakan kata penghubung. Ada dua jenis kata penghubung yang dapat digunakan yaitu:

a. Kata penghubung intra kalimat

kata yang menghubungkan induk kalimat dengan anak kalimat. Contohnya: karena, sehingga, tetapi, sedangkan, apabila, jika, maka, dll.

b. Kata penghubung antar kalimat

Kata yang menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain.Contohnya: oleh karena itu, jadi, namun, selanjutnya, bahkan, dll.

Kepaduan pada sebuah paragraf terbagi ke dalam dua macam, yakni kepaduan makna dan kepaduan bentuk.
1. Kepaduan Makna (koheren)

Suatu paragraf dikataan koheren, apabila ada kekompakan antara gagasan yang dikemukakan kalimat yang satu dengan yang lainnya. Kalimat-kalimatnya memiliki hubungan timbal balik serta secara bersama-sama membahas satu-satu gagasan utama. Tidak dijumpai satu pun kalimat yang menyimpang ataupun loncatan-loncatan pikiran yang membingungakan.
Jika suatu paragraf tidak memiliki kepaduan seperti itu, maka pembaca akan mengalami banyak kesulitan untuk memahaminya. Pembaca akan menemukan loncatan-loncatan pikiran dan hubungan-hubungan gagasan yang tidak logis. Paragraf yang dihadapinya hanya sebuah kumpulan kalimat yang tidak jelas ujung pangkalnya.
2. kepaduan bentuk (Kohesif)

Apabila kepaduan makna berhubungan dengan isi, maka kepaduan bentuk berkaitan dengan penggunaan kata-katanya. Bisa saja sebuah paragraf padu secara makna atau koheren. Dalam arti, paragraf itu mengemukakan satu gagasan utama. Tetapi belum tentu paragraf terseut kohesif, didukung oleh kata-kata yang padu.
Kekohesifan sebuah paragraf dapat ditandai oleh:
a. hubungan penunjukkan, yang ditandai oleh kata-kata itu, ini, tersebut, berikut, tadi;

b. hubungan penggantian, ditunjukan oleh kata-kata saya, kami, kita, engkau, anda, mereka, ia; bentk ni, itu, dan sejenisnya dapat pula berfungsi sebagai penanda hubungan penggantian;

c. hubungan pelesapan, ditandai oleh enggunaan kata sebagian, seluruhan;

d. hubungan perangkaian, ditandai oleh kata dan, lalu, kemudian, akan tetapi, sementara itu, selain itu, kecuali itu, jadi akhirnya, namun demikian;

e. hubungan leksikal, ditandai oleh pemanfaatan pengulangan kata, sinonim atau hiponim.

2. Kesatuan Paragraf

Yang dimaksud kesatuan paragraph disini adalah tiap paragraph hanya memiliki satu pokok pikiran yang diwujudkan dalam kalimat utama. Dalam sebuah paragraf kalimat utama dapat diletakkan di awal ataupun di akhir paragraf.Ciri-ciri kalimat penjelas:

a. kalimat yang dibuat harus mengandung permasalahan yang berpotensi untuk diperinci atau diuraikan lebih lanjut.

b. Kalimat utama dapat dibuat lengkap & berdiri sendiri tanpa memerlukan kata penghubung.

3. Kelengkapan paragraf

Paragraf dikatakan lengkap apabila di dalamnya terdapat kalimat-kalimat penjelas secara lengkapuntuk menunjuk pokok pikiran atau kalimat utama. Ciri-ciri kalimat penjelas:

a. Berisi penjelasan berupa rincian, keterangan, contoh, dll.

b. Kalimat penjelas akan berarti jika dihubungkan dengan kalimat-kalimat dalam paragraf.

c. Menggunakan kata penghubung.

C. PENGEMBANGAN PARAGRAF

I. Jenis-Jenis Paragraf

1. Berdasarkan gagasan/masalah yang akan dikemukakan.

a. Paragraf Narasi

Pargraf narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sedemikian rupa sehingga pembaca seolah-olah mengalai sendiri kejadian yang diceritakan itu. Dalam paragraf narasi terdapat tiga unsure utama yaitu tokoh-tokoh, kejadian, dan latar ruang atau waktu.
Berdasarkan materi pengembangannya, paragraf narasi terbagi ke dalam dua jenis, yakni narasi fiksi dan narasi nonfiksi. Narasi fiktif adalah narasi yang mengisahkan peristiwa-peristiwa imajinatif. Narasi fiktif disebut juga narasi sugestif. Contohnya: novel dan cerpen. Narasi nonfiktif adalah narasi yang mengisahkan peristiwa-peristiwa factual, suatu yang adadan benar-benar terjadi. Narasi ini disebut juga narasi ekspositori. Contohnya biografi dan laporan perjalanan.
Perbedaan yang lebih jelas antara narasi fiktif dan nonfiktif adalah sebagai berikut:
Narasi Fiksi (1)
1. Menyampaikan makna atau amanat secara tersirat;sebagai sarana rekreasi rohaniah.
2. Menggugah majinasi
3. Penalaran difungsikan sebagai alat pengungkap makna, kalau perlu dapat diabaikan.
3. Bahasa cenderung figurative dan menitikberatkan penggunaan konotasi.

Narasi nonfiksi(2)

1. menyampaikan informasi yang memperluas pengetahuan.

2. memperluas pengetahuan atau wawasan.
3. Penalaran digunakan sebagai sarana untuk mencapai kesepakatan rasional.
4. Bahasanya cenderung informative dan menitikberatkan penggunaan makna denotasi.

Contoh paradraf narasi:

Kemudian mobil meluncur kembali, Nyonya Marta tampak bersandar lesu. Tangannya dibalut dan terikat ke leher. Mobil berhenti di depan rumah. Lalu bawahan suaminya beserta istri-istri mereka pada keluar rumah menyongsong. Tuan Hasan memapah istrinya yang sakit. Sementara bawahan Tuan Hasan saling berlomba menyambut kedatangan Nyonya Marta.

b. Paragraf Deskripsi

Paragraf deskripsi adalah jenis paragraf yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci yang bertujuan melukiskan atau memberikan gambaran terhadap sesuatu dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, membaca, atau merasakan hal yang dideskripsikan. Pola pengembangan paragraf deskripsi, antara lain, meliputi pola pengembangan spasial dan pola sudut pandang.

Ciri-ciri Paragraf Deskripsi:

* Ø Dalam paragraf deskripsi, hal-hal yang menyentuh pancaindera (penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, atau perabaan) dijelaskan secara terperinci
* Ø penyajian urutan ruang. Penggambaran atau pelukisan berupa perincian disusun secara berurutan; mungkin dari kanan ke kiri, dari atas ke bawah, dari depan ke belakang, dan sebagainya,
* Ø dalam penggambaran benda atau manusia didapat dengan mengamati bentuk, warna, dan keadaan objek secara detil/terperinci menurut penangkapan si penulis

Conroh paragraf deskripsi

Malam itu, indah sekali. Di langit, bintang – bintang berkelip – kelip memancarkan cahaya. Hawa dingin menusuk kulit. Sesekali terdengar suara jangkrik, burung malam, dan kelelawar mengusik sepinya malam. Angin berhembus pelan dan tenang.

c. Paragraf Eksposisi Karangan yang menyajikan sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya, pembaca mendapat pengetahuan atau informasi yang sejelas – jelasnya. Tujuan paragraf eksposisi adalah memaparkan atau menjelaskan sesuatu agar pengetahuan pembaca bertambah. Oleh karena itu, topik-topik yang dikembangkan dalam paragraf eksposisi berkaitan dengan penyampaian informasi.

Contoh-contoh Paragraf Eksposisi

Pemerintah akan memberikan bantuan pembangunan rumah atau bangunan kepada korban gempa. Bantuan pembangunan rumah atau bangunan tersebut disesuaikan dengan tingkat kerusakannya. Warga yang rumahnya rusak ringan mendapat bantuan sekitar 10 juta. Warga yang rumahnya rusak sedang mendapat bantuan sekitar 20 juta. Warga yang rumahnya rusak berat mendapat bantuan sekitar 30 juta. Calon penerima bantuan tersebut ditentukan oleh aparat desa setempat dengan pengawasan dari pihak LSM.

d. Paragraf Argumentasi Paragraf Argumentasi adalah paragraf atau karangan yang membuktikan kebenaran tentang sesuatu. Untuk memperkuat ide atau pendapatnya penulis wacana argumetasi menyertakan data-data pendukung. Tujuannya, pembaca menjadi yakin atas kebenaran yang disampaikan penulis.

Ciri- ciri tersebut misalnya (1) ada pernyataan, ide, atau pendapat yang dikemukakan penulisnya; (2) alasan, data, atau fakta yang mendukung; (3) pembenaran berdasarkan data dan fakta yang disampaikan. Data dan fakta yang digunakan untuk menyusun wacana atau paragraf argumentasi dapat diperoleh melalui wawancara, angket, observasi, penelitian lapangan, dan penelitian kepustakaan.

Pada akhir paragraf atau karangan, perlu disajikan kesimpulan. Kesimpulan ini yang membedakan argumentasi dari eksposisi.

Contoh paradraf argumentasi:

Menyetop bola dengan dada dan kaki dapat ia lakukan secara sempurna. Tembakan kaki kanan dan kiri tepat arahnya dan keras. Sundulan kepalanya sering memperdayakan kiper lawan. Bola seolah-olah menurut kehendaknya. Larinya cepat bagaikan kijang. Lawan sukar mengambil bola dari kakinya. Operan bolanya tepat dan terarah. Amin benar-benar pemain bola jempolan (Tarigan 1981 : 28).

Tujuan yang ingin dicapai melalui pemaparan argumentasi ini, antara lain :

1. melontarkan pandangan / pendirian

2. mendorong atau mencegah suatu tindakan

3. mengubah tingkah laku pembaca

4. menarik simpati

e. Paragraf Persuasi
Paragraf Persuasi merupakan paragraf yang berisi imbauan atau ajakan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu seperti yang diharapkan oleh penulisnya. Oleh karena itu, biasanya disertai penjelasan dan fakta-fakta sehingga meyakinkan dan dapat mempengaruhi pembaca.Pendekatan yang dipakai dalam persuasi adalah pendekatan emotif yang berusaha membangkitkan dan merangsang emosi. Karangan ini bertujuan mempengaruhi dan membujuk pembaca

Contoh :

Penggunaan pestisida dan pupuk kimia untuk tanaman dalam jangka waktu lama tidak lagi menyuburkan tanaman dan memberantas hama. Pestisida justru dapat mencemari lingkungan dan menjadikan tanah lebih keras sehingga perlu pengolahan dengan biaya yang tinggi. Oleh sebab itu, hindarilah penggunaan pestisida secara berlebihan.

2. Berdasarkan letak gagasan utamanya, gagasan terbagi ke dalam beberapa jenis, yakni sebagai berikut:

a. Paragraf Deduktif Paragraf deduktif adalah paragraph yang gagasan utamanya terletak di awal paragraf. Gagasan utama atau pokok persoalan paragraf itu dinyatakan dalam kalimat pertama. Kemidian disusul oleh penjelasan-penjelasan terperinci terhadap gagasan utama. Jenis paragraf ini dapat digambarkan dengan bagan berkut.

Ilmu pengetahuan itu sangat penting. Sebab ilmu pengetahuan membuat kita jadi pintar. Kepintaran membuat kita lebih percaya diri. Kepercayaan diri membuat kita tidak mudah terpengaruh kata-kata orang lain. Apalagi itu hanya berupa hasutan atau isu-isu tanpa bukti. Kita juga tidak bisa di bohongi oleh orang yang ingin menjerumuskan. Dengan ilmu kita bisa mendapat pengalaman berharga.

b. Paragraf Induktif Paragraf induktif adalah paragraph yang gagasan uamanya terletak di akhir paragraf. Mula-mula dikemukakan fakta-fakta ataupun uraian-uraian. Kemudian dari fakta-fakta itu penulis menggeneralisasikan ke dalam sebuah kalimat. Jenis paragraf ini dapat digambarkan dengan bagan berikut:

Setelah diadakan peninjauan ke Desa Pekayon Bekasi, diketahui persentase penggunaan listrik di RW 01 desa tersebut sebanyak 90%. Rumah penduduk yang telah menggunakan listrik, di RW 02 sebanyak 95%, RW 03 sebanyak 100%, dan RW 04 sebanyak 85%. Boleh dikatakan, di Desa Pekayon 92% rumah penduduk sudah menggunakan listrik.

c. Paragraf Campuran (Deduktif-induktif) Paragraf campuran adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak pada kalimat pertama dan kalimat terakhir. Dalam kalimat ini terdapat dua kalimat utama. Kalimat terakhir umumnya mengulngi gagasan yang dinyatakan kalimat pertama sedikit tekanan atau variasi. Model paragraph ini digambarkan sebagai berikut!

Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional (UAN). Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku. Oleh karena itu, maka sebaiknya para guru memberitahukan tips belajar menjelang UAN.

II. Cara Pengembangan Paragraf

Pengembangan paragraf mencakup dua persoalan utama, yakni:
1. kemampuan memerinci gagasan utama paragraf ke dalam gagasan-gagasan

penjelas.
2. kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan penjelas kedalam gagasan-gagasan

penjelas.

Gagasan utam paragraf akan menjadi jelas apabila dilakukan perincian yang cermat. Perincian-perincian itu dapat dilakukan dengan bermacam cara pengembangan. Pola pengembangan yang dipakai, antara lain, ditentukan oleh gagasan atau masalah yang hendak dikemukakan. Misalnya apabila gagasan yang hendak disampaikan itu berupa urutan peristiwa, maka pola pengembangan yang sebaiknya dipilih adalah pola kronologis (naratif) atau proses (eksposisi). Lain lagi apabila masalahnya itu mengenai sebab-akibat suatu kejadian, maka pola yang dipilih adalah pola kausalitas (eksposisi, Argumentasi). Pilihan pola pengembangan ditentukan pula oleh pandangan penulis itu sendiri terhadap masalah yang hendak disampaikannya.
a. Cara pertentangan

Biasanya menggunakan ungkapan-ungkapan berbeda dengan, bertentangan dengan, sedangkan lain halnya dengan, akan tetapi & bertolak belakang dengan.Contoh paragraf:

Memang dalam penentuan Mentri pada jilid 2 pemerintahan SBY banyak perubahan. Akan tetapi keputusan ini malah memicu pro kontra dari berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang selama ini ikut aktif dalam mengamati kinerja para Wakil Rakyat.

b. Cara Perbaningan

Ungkapan yang sering digunakan yaitu: serupa dengan, seperti halnya, denikian juga, sama dengan, sejalan dengan, akan tetapi, sedangkan, sementara itu. Contohnya:

Pada malam hari, pemandangan rumah terlihat begitu eksotis. Apalagi dengan cahaya lampu yang memantul dari seluruh penjuru rumah. Dari luar bangunan ini tampak indah, mampu meberikan pancaran hangat bagi siapa saja yang memandangnya.Sementara itu, lampu-lampu taman yang bersinar menambah kesan eksotis yang telah ada. Begitu hangat. Begitu indah.

c. Pola Sudut Pandang

Pola sudut pandang adalah pola pegembangan paragraf yang didasarkan tempat atau posisi seorang penulis dalam melihat sesuatu. Pola sudut pandang tidak sama dengan pola spasia. Dalam pola ini penggambaran berpatokan pada posisi atau keberadaan penulis terhadap objek yang digambarkannya itu. Untuk menggambarkan sesuatu tempat atau keadaan, pertama-tama penulis mengambil sebuah posisi tertentu. Kemudian, secara perlahan-lahan dan berurutan, ia menggambarkan benda demi benda yang terdapat dalam tempat itu, yakni mulai dari yang terdekat kepada yang terjauh.

Contoh:

Sekarang hanya beberapa langkah lagi jaraknya mereka dari tebing diatas jalan. Medasing menegakkan dirinya sambil mengasai kemuka dan ia pun berdiri tiada bergerak sebagai pohon diantara pohon-pohon yang lain. Oleh isyarat yang lebih terang dari perkataan itu maju sekian temannya sejajar dengan dia.
Di antara daun kayu tapak kepada mereka tebing tu turun ke bawah; dikakinya tegak pondok, sunyi-mati, tak sedikit jua pun kentara, bahwa dia melindungi manusia yang hidup, pandai bergerak dan bersuara. Di bawahnya kedengaran sebentar-bentar sepi mendengaus dan bintang-bintang itupun kelihatan kekabur-kaburan dalam sinar bara yang kusam. Dari celah-celah dinding pondok keluaran cahaya yang kuning merah, tetapi tiada berupa jauh sinar yang halus itu lenyap dibalut oleh kelam yang maha kuasa. Dikelilingi pondok itu tertegak pedati, ketiganya sunyi dan sepi pula.

d. Pola Proses

Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu atau parurutan dari suatu kejadian atau peristiwa. Untuk menyusun sebuah proses, langkah-lagkahnya adalah sebagai berikut.
1) penulis harus mengetahui perincian-perincian secara menyeluruh.
2) penulis harus membagi proses tersebut atas tahap-tahap kejadiannya.
3) penulis menjelaskan tiap urutan itu ke dalam detail-detail yang tegas sehingga pebaca dapat melihat seluruh prose situ dengan jelas.
Contoh :

Pohon anggu, disamping buahnya yang digunakan untuk pembuatan minuman, daunnya pun dapat digunakan sebagai bahan untuk pembersih wajah. Caranya, ambilah daun anggur secukupnya. Lalu, tumbuk sampai halus. Masaklah hasil tumbukan itu dengan air secukupnya dan tunggu sampai mendidih. Setelah itu, ramuan tersebut kita dinginkan dan setelah dingin baru kita gunakan untuk membersihkan wajah . insya Allah, kulit wajah kita akan kelihatan bersih dan berseri-seri.

e. Pola Sebab Akibat

pengembangan paragraf dapat pula dinyatakan dngan menggunakan sebab-akibat. Dalam hal ini sebab bias bertidak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Namun demikian, dapat juga terbalik: akibat dijadukan gagasan utama, sedangkaan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikeukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya.
Persoalan sebab-akibat sebenarnya sangat dekat hubungannya dengan prses. Bila disusun untuk mencari hubungan antara bagian-bagiannya, maka proses itu dapat disebut proses kausal.
Contoh :

Pada tahun 1997, produksi padi turun 3,85 persen. Akibatnya. Impor beras meningkat, diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998. sesudah swasembada pangan tercapai pada tahun 1984, pada tahun 1986, kita mengekspor sebesar 371,3 ribu ton beras, bahkan 530,7 ribu ton pada tahun 1993. akan tetapi, pada tahun 1004, neraca perdagangan beras kita tekor 400 ribu ton. Sejak itu, impor beras meningkat dan pada tahun 1997 mencapai 2,5 juta ton.

f. Pola Ilustrasi

Sebuah gagasan yang terlalu umum, memerlukan ilustrasi-ilustrsi konkret. Dalam karangan eksposisi, ilustrasi-ilustrsi tersebut tidak berfungsi untuk membuktikan suatu pendapat. Ilustrasi-ilustrsi tersebut dipakai sekadar untuk menjelaskan maksud penulis. Dalam hal ini pengamatan-pengamatan pribadi merupakan bahanilustrasi yang paling efektif dalam menjelaskan gagasan-gagasan umum tersebut.

Contoh :

Satu-satunya bidang pembangunan yang tidak memahami imbas krisis ekonomi sector-sektor dibidang pertanian. Misalnya, perikanan masih meningkat cukup mengesankan, yaitu 6,65 persen; demikian pula perkebunan, yang meningkat 6,46 persen. Walaupun terkena kebakaran sepanjang tahun, sector kehutanan masihtumbuh 2,95 persen. Secara umum, kontribusi dari sektor-sektor pertanian terhadap produk domestik broto (PDB) meningkat dari 18,07 persen menjadi 18,04 persen. Padahal selama 30 tahun terakhir, pangsa sector pertanian merosot dari tahun ke tahun.

0 komentar: